A. Tujuan
1.
Menentukan model yang sesuai untuk adsorpsi zat warna oleh
karbon aktif.
2. Menghitung
kapasitansi adsorpsi oleh karbon aktif.
B. Teori
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya
tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Energi potensial permukaan
dan molekul turun dengan mendekatnya molekul ke permukaan, yang menyatakan
energi potensial dua atom sebagai fungsi jarak. Adsorpsi terbagi dua, yaitu
fisisorpsi (adsorpsi fisika) dan kemisorpsi (adsorpsi kimia). Gaya yang
menyebabkan adsorpsi fisika adalah sama seperti yang menyebabkan kondensasi gas
untuk membentuk cairan dan umumnya dikenal sebagai gaya van der Waals.
Banyaknya molekul yang teradsorpsi dapat berupa beberapa lapisan molekul.
Adsorpsi fisika dapat dengan mudah dibalik dengan menurunkan tekanan gas atau
konsentrasi zat terlarut, dan banyaknya adsorpsi akan makin kecil dengan
kenaikan suhu. Kemisorpsi mencakup pembentukan ikatan kimia. Oleh karena itu,
sifatnya lebih spesifik daripada adsorpsi fisika. Dalam kemisorpsi, ikatannya
dapat sedemikian kuatnya, sehingga spesies aslinya tak dapat lagi ditemukan
(Alberty dan Daniels, 1983).
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan
sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel
dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut
dilakukan aktifasi dengan aktifator bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan
pada temperatur tinggi, yang disebut arang aktif. Karbon aktif dapat digunakan
sebagai adsorben karena selain dapat menyerap logam dapat pula menarik warna
dari suatu larutan. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa
kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau
volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu
25 - 1000% terhadap berat arang aktif.
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi
adsorben antara fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat
kesetimbangan pada temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang
umumnya digunakan untuk menjelaskan isoterm adsorpsi :
1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa:
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat
mengadsorpsi satu molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada
interaksi antara molekul-molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum.
Teori Langmuir menggambarkan proses adsorbsi terdiri dari dua
proses berlawanan, yaitu kondesasi molekul-molekul fase teradsobsi menuju
permukaan dan evaporasi/penguapan molekul-molekul dari permukaan kembali ke
dalam larutan.
Dengan persamaan:
, dimana :
N = jumlah adsorbat yang teradsorbsi per gram adsorban pada
konsentrasi pada saat kesetimbangan.
C = konsentrasi saat tercapai kesetimbangan
Nm = jumlah mol adsorbat yang diperlukan untuk satu lapisan
tunggal.
2. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair,
isotherm adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan
oleh Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai
permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang
berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan
saat ini. Persamaannya adalah
x/m = kC1/n
dengan,
x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m = massa dari adsorben (mg)
C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan
k,n,= konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konstentrasi larutan dalam
kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben
sebagai absis pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersep
k. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air.
Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan
isoterm ini dapat ditentukan efisiensi dari suatu adsorben.
3. Isoterm Brunauer, Emmet, and Teller (BET)
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan
yang homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa
molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat di
permukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsoprsi untuk setiap proses adsorpsi
berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah:Isoterm Langmuir
biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan isoterm
BET akan lebih baik daripada isotherm Langmuir bila diterapkan untuk
adsoprsi fisik.
C. Prosedur Percobaan
1. Alat dan bahan yang digunakan
1.
Erlenmeyer 250 mL
2. Labu takar
250 mL
3. Pipet volum
10 mL
4. Batang
pengaduk
5. Shaker
6. Gelas beker
250 mL
7. Kuvet
1.
Corong
2. Gelas
arloji
3. Zat
Warna
4. Karbon
aktif
5. Kertas
saring
6. Aluminium
foil
7. Spektronik
2D
1.
3. Cara Kerja
1.
a. Pembuatan
Kurva Kalibrasi
2. Dibuat
Larutan zat warna 10 ppm
3. Dibuat
larutan standar dengan konsentasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, dan 8 ppm
masing-masing 50 mL dengan menencerkan larutan zat warna 10 ppm.
4. Kemudian
ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang (λ) yang
sesuai dengan zat warna
1.
b. Adsorpsi
Isotermal.
2. Dibuat
larutan zat warna 100 ppm
3. Dengan
mengencerkan zat warna 100 ppm dibuat larutan dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm,
15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm masing-masing 100 mL
4. Dibersihkan
dan dikeringkan 5 buah erlemeyer 250 mL, kemudian masing-masing
dimasukkan 1 g karbon aktif.
1.
Ditambahkan 100 mL larutan zat warna dengan konsentrasi 5, 10,
15, 20 dan 25 ppm.
2. Kelima
erlemeyer ditutup menggunakan aluminium foil, kemudian diaduk
menggunakan shaker selama 30 menit.
1.
Larutan kemudian disaring menggunakan mengunakan kertas saring
untuk memisahkan karbon aktofnya.
2. Kemudian
diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang (λ) zat
warna.
C. Pengolahan data dan perhitungan
1.
Buat Kurva kalibrasi zat warna
2. Buat grafik
versus untuk isotem Freundlich dan C/n versus C untuk isotherm
Langmuir
3. Tentukan
kapasitas adsorbsinya
D. Daftar Pustaka
Castellan, G W 1983, Physical Chemistry, edisi ke-3,
Addison-Wesley Publising Co. Inc., Massachuset,
Alberty, R. A., Danniels, F., 1983, Kimia Fisika versi
S1 edisi kelima jilid 1,diterjemahkan oleh N.M. Surdia, Erlangga, Jakarta.
Atkins, P. W., 1997, Kimia Fisika, Jilid 2,
Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar