PERUBAHAN
ENTALPI
Dasar
Teori :
Perubahan
entalpi menunjukkan adanya kalor yang dibebaskan atau diserap dari suatu
reaksi. Perubahan entalpi yang negatif akan menunjukan reaksi eksoterm, di mana
suhu naik dan sistem melepaskan kalor sementara perubahan entalpi positif akan
menunjukan reaksi endoterm, di mana suhu turun dan sistem menyerap kalor.
Perubahan entalpi salah satunya dapat dihitung dengan menggunakan rumus
kalorimetri.
Rumusnya :
Qlarutan = m
. c . delta T
Perubahan
Entalpi = -Qlarutan / n , di mana n adalah jumlah mol zat yang terkecil.
Dalam hal ini, zat yang direaksikan adalah
asam kuat (HCl) dan basa kuat (NaOH). Reaksi antara asam kuat dan basa kuat
disebut penetralan, sehingga terjadi reaksi berikut :
Asam kuat + Basa kuat à Garam + n H2O
Kesimpulan :
Dua atau lebih zat yang direaksikan akan
menghasilkan perubahan entalpi tertentu, di mana perubahan entalpi tersebut
bisa positif atau negatif. Dalam hal ini, reaksi penetralan memiliki perubahan
entalpi yang negatif sehingga reaksi ini tergolong eksoterm.
LAJU REAKSI
Dasar Teori :
Laju reaksi adalah kecepatan berjalannya
suatu reaksi, yaitu banyaknya reaksi kimia yang berlangsung per satuan waktu. Satuannya biasanya adalah M / detik.
Tetapan laju reaksi biasa dapat ditetapkan sebagai berikut :
V = k [A]x
[B]y, x = ordo A, y = ordo B
Laju reaksi
dipengaruhi oleh luas permukaan, pengadukan, suhu, konsentrasi, dan katalis. Dalam
percobaan ini, akan dikemukakan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
Secara teoritis, konsentrasi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju reaksi
yang lebih cepat. Laju reaksi yang lebih cepat membutuhkan waktu yang lebih
sedikit untuk menghasilkan suatu zat / gas hasil reaksi dalam jumlah yang sama.
Kesimpulan
:
Semkain
besar konsentrasi HCl, maka laju reaksinya akan semakin cepat. Terbukti ketika
menggunakan HCl yang semakin besar, semakin sedikit pula waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan gas CO2 dalam jumlah yang sama. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi makin besar, laju reaksi makin cepat dan waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan gas dalam jumlah tertentu semakin sedikit.
TITRASI
ASAM-BASA
Dasar
Teori :
Titrasi
merupakan suatu reaksi yang menggunakan prinsip reaksi asam-basa. Tujuan dari
titrasi adalah menentukan konsentrasi asam atau basa. Dalam hal ini, zat yang
direaksikan adalah asam kuat (HCl) dan basa kuat (NaOH) sehingga disebut reaksi
penetralan. Reaksi antara asam kuat dan basa kuat
disebut penetralan, sehingga terjadi reaksi berikut :
Asam kuat + Basa kuat à Garam + n H2O
Dalam hal
ini, titrasi dilakukan dengan menambahkan tetes demi tetes basa ke dalam asam
dengan indikator PP hingga tercapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
adalah titik di mana indikator mulai berubah warna. Sedangkan untuk menghitung
konsentrasi asam atau basa, digunakan prinsip titik ekivalen, yaitu dengan
rumus :
Mol H+ = mol OH-
Val H+ . M asam . v asam = val OH- . M basa
. v basa
V yang
digunakan adalah v rata-rata.
Kesimpulan
:
Konsentrasi
asam (HCl) dalam percobaan dapat dihitung melalui proses titrasi dengan
menggunakan rumus mol H+ = mol OH-. Dari hasil percobaan,
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi HCl yang digunakan adalah … M.
TITIK
DIDIH LARUTAN
Dasar
Teori :
Titik didih
larutan merupakan titik di mana suatu larutan dikatakan mulai mendidih. Titik didih
suatu pelarut, bila ditambahkan suatu zat lain akan menyebabkan titik didihnya
berubah menjadi lebih tinggi. Perubahan titik didih suatu larutan sangat
dipengaruhi oleh Kb pelarut, molalitas zat terlarut, dan faktor van hoff (i)
(elektrolit atau nonelektrolit). Dengan demikian, dapat dirumuskan :
Delta tb =
Kb pelarut . m zat terlarut . i
i = 1 + (n-1) a, n = jumlah ion, a = derajat
ionisasi
Dengan demikian, titik didih larutan dapat
dihitung dengan rumus :
Tb = titik didih pelarut + delta tb
Kb air = 0.52
Kesimpulan :
Berdasarkan percobaan, sifat (elektrolit
atau non elektrolit) dan molalitas larutan sangat mempengaruhi perubahan titik
didih maupun titik didih larutan itu sendiri. Zat yang bersifat elektrolit
(NaCl) akan memiliki perubahan titik didih lebih besar dibanding larutan
non-elektrolit (urea). Zat sejenis yang molalitasnya lebih tinggi memiliki
perubahan titik didih yang lebih besar pula dibanding zat sejenis yang
molalitasnya lebih kecil.
TITIK BEKU LARUTAN
Dasar
Teori :
Titik beku larutan
merupakan titik di mana suatu larutan dikatakan mulai membeku. Titik beku suatu
pelarut, bila ditambahkan suatu zat lain akan menyebabkan titik didihnya
berubah menjadi rendah. Perubahan titik didih suatu larutan sangat dipengaruhi
oleh Kf pelarut, molalitas zat terlarut, dan faktor van hoff (i) (elektrolit
atau nonelektrolit). Dengan demikian, dapat dirumuskan :
Delta tf =
Kf pelarut . m zat terlarut . i
i = 1 +
(n-1) a, n = jumlah ion, a = derajat ionisasi
Dengan
demikian, titik beku larutan dapat dihitung dengan rumus :
Tf = titik
beku pelarut - delta tf
Kf air =
1.86
Kesimpulan
:
Berdasarkan
percobaan, sifat (elektrolit atau non elektrolit) dan molalitas larutan sangat
mempengaruhi perubahan titik beku maupun titik beku larutan itu sendiri. Zat yang bersifat elektrolit (NaCl) akan memiliki perubahan titik
beku lebih besar dibanding larutan non-elektrolit (urea). Zat sejenis yang
molalitasnya lebih tinggi memiliki perubahan titik beku yang lebih besar pula
dibanding zat sejenis yang molalitasnya lebih kecil.
ELEKTROKIMIA
Dasar
Teori :
Elektrokimia
merupakan perubahan energi kimia menjadi energi listrik. Dalam hal ini, prinsip
yang digunakan adalah KPAN (katoda positif, anoda negatif). Anoda akan
mengalami oksidasi dan katoda akan mengalami reduksi. Contoh : penggunaan batu
baterai. Dalam merangkai, sebuah pipa U harus dihubungkan dengan jembatan garam
berupa agar-agar atau KNO3 untuk menteralkan ion-ion yang terjadi
ketika reaksi sel terjadi. Untuk menggambarkan reaksi, dapat digunakan notasi
sel, dengan rumus :
Oksidasi ||
reduksi
Sedangkan
untuk menghitung potensial sel, dapat digunakan rumus :
Eo = E reduksi – E oks = E katoda – E anoda
Eo = E reduksi – E oks = E katoda – E anoda
Dalam hal ini, reaksi yang diambil adalah
reaksi yang berlangsung spontan dengan Eo positif.
Eo Mg = -2,37 volt; Zn = -0.76
volt; Fe = -0.44 volt; Cu = +0.34 volt
Kesimpulan :
Dalam sel elektrokimia, terjadi aliran
listrik dalam sel tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya alirang listrik
yang dihasilkan dari energi kimia zat yang dicampur dengan larutan yang mengandung
zat sejenis. Semua terbukti ketika menggunakan voltmeter, terjadi aliran
listrik yang potensialnya dapat diukur dengan voltmeter.
ELEKTROLISIS
Dasar Teori :
Elektrolisis merupakan perubahan energi listrik menjadi energi
kimia. Dalam hal ini, prinsip yang digunakan adalah KNAP (katoda negatif, anoda
positif). Anoda akan mengalami oksidasi dan katoda akan mengalami reduksi. Contoh
: pengisian batu baterai.
Pada prinsip
elektrolisis, bila katoda terdiri dari logam gol. IA, IIA, Al atau Mn maka di
katoda H2O akan terurai menjadi OH- dan H2,
sehingga bersifat basa. Untuk logam lainnya, logam akan tereduksi. Sedangkan di
anoda, bila digunakan elektroda karbon, dan anion mengandung atom O maka H2O
akan terurai menjadi H+ dan O2, sementara jika anion tidak mengandung
atom O, maka anion tersebut akan mengalami oksidasi.
Pada
percobaan ini, indikator lakmus merah dan lakmus biru dapat digunakan sebagai
indikator apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa. Bila asam, maka
lakmus merah maupun biru akan berubah menjadi merah. Bila basa, maka lakmus
biru atau merah akan berubah warna menjadi biru. Indikator PP dan amilum juga
dapat digunakan. PP merupakan indikator basa, bila ditetesi pada larutan basa
akan berubah warna menjadi pink. Amilum merupakan indikator ada tidaknya gas I2,
bila ditetesi pada larutan yang mengadung I2 akan berubah warna
menjadi hitam.
Kesimpulan
:
Elektrolisis
hanya dapat terjadi bila ada sumber listrik. Pada elektrolisis, katoda akan
mengalami reduksi dan anoda akan mengalami oksidasi. Dalam percobaan Na2SO4,
pada katoda dihasilkan gas H2 dan bersifat basa, sedangkan anodanya
bersifat asam dan menghasilkan gas O2. Sementara pada percobaan KI,
pada katoda dihasilkan H2 dan bersifat basa, sementara pada anoda
dihasilkan I2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar